BANGKALAN, memo-pagi.com – Polres Bangkalan bersama Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo Pemkab Bangkalan menggelar seminar nasional dengan tema “Peran Kepolisian, Pemerintah, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dalam Menciptakan Budaya Penyelesaian Dendam Akibat Carok berdasar Nilai-nilai Adab di Madura.”
Seminar nasional yang digelar di Pendopo Agung Bangkalan, Jl. Letnan Abdullah No. 1, Bangkalan ini diisi oleh narasumber mulai dari PJ. Bupati Bangkalan Prof. Dr. Drs. R.M. Arief Moelia Edie, M.Si; Wakapolres Bangkalan KOMPOL Andi Febrianto Ali, S.E., Wakil Menteri Hukum Prof. Eddy O.S. Hiariej; Rektor Unitomo Prof. Dr. Siti Marwiyah, S.H., M.H., Tokoh Budayawan Jatim D’ Zawawi Imron; Komisi VII DPR RI Dr. Erik Hermawan; Ketua PBNU & Ketua MUI KH. Muhammad Makki Nasir.
Rektor Unitomo Prof. Dr. Siti Marwiyah pada kesempatan pertama menyampaikan bahwa tema seminar tersebut terkait budaya carok dalam masyarakat Madura menarik untuk dikaji.
“Tema nya sangat menarik, sangat Madura banget, yaitu tentang penyelesaian bagaimana Carok tidak berkelanjutan secara terus menerus, karena seperti yang kita lihat penyelesaian carok tidak pernah akan berhenti,” tuturnya.
Menurutnya, penelitian tentang Carok setidak-tidaknya disebabkan oleh tradisi carok memiliki konotasi dan prespektif yang negatif bagi masyarakat luas dan carok sebagai selah satu upaya penyelesaian sengketa yang berbenturan dengan aturan agama dan hukum di negara Indonesia.
“Kebiasaan carok bagi warga Madura karena mereka menjunjung tinggi harga diri. Apabila harga diri diruntuhkan orang lain sama dengan telah menghina dan melecehkan kalau dibiarkan tanpa melakukan perlawanan. Namun sebanyak 75% masyarakat ingin mengakhiri adanya carok. Oleh karena itu, melalui seminar ini diharapkan mampu mengubah mindset tersebut salah satunya melalui pendidikan. Berkembangnya pendidikan, otomatis mengubah pemikiran,” ungkap Marwiyah.
Sementara itu, Wakapolres Bangkalan KOMPOL Andi Febrianto Ali menyampaikan bahwa karakter masyarakat madura memiliki karakter kepribadian yang sudah terkristalisasi secara turun temurun sebagai warisan kepribadian.
“Masyarakatnya sangat religus, yang sangat taat kepada kyai, ulama, guru, seperti Falsafahnya Bhuppa’ Bhâbbhu’ Ghuru Rato. Ini adalahlah ‘jimatnya’ orang Madura. Jadi karakter kami yang begitu hormat, tunduk. Selain itu masyarakat madura memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi dengan adanya ada tradisi “toron” (tradisi pulang kampung untuk bersilaturahmi dan menjalin sangat kuat menjalin keakraban), terbukti dengan adanya “Tanean Lanjang” (terdiri dari rumah antarsaudara yang berdekatan), diantaranya pula ada “mushala/langga” sebagai sarana berkumpul). Kami seperti itu,” tegas Andi.
Andi mengajak seluruh peserta seminar yang notabene adalah masyarakat Madura mengajak untuk mengembalikan karakter asli seperti yang dijelaskan diatas.
“Dimana menurut orang luar/kelompok tertentu bahwa Madura itu keras, kasar, mudah tersinggung, suka melakukan tindakan kekerasan, pendendam, suka carok, dan lain sebagainya, kami tidak terima. Masyarakat madura tidak seperti itu. Itu hanya stereotip, penjudstisan, penilaian sepihak dari kelompok tertentu terhadap suka madura. Saya sampaikan, mari kembalikan karakteristik kita masyarakat madura sehingga memiliki kebanggan orang luar disana,” imbuhnya
Saat dimintai keterangan terkait Seminar Nasional tersebut, Wakil Menteri Hukum Prof. Eddy menyampaikan rasa bangga atas undangan yang diberikan terhadap dirinya.
“Tentunya merasa senang sekali bisa diundang di Kabupaten Bangkalan untuk bagaimana mengakhiri kekerasan Carok di Bangkalan yang sebenarnya itu bukan budaya. Jadi ini artinya menuju masyarakat yang lebih damai, tertib dan sejahtera.
Ini merupakan momen bersejarah dimana pada pelaksanaan seminar terdapat deklarasi dan penandatangan peletakan senjata tajam.
“Jika masing-masing daerah melaksanakan seperti yang dilakukan pada hari ini (Jum’at, 13/12/2024), ini merupakan persiapan menuju Indonesia emas 2045, Ini merupakan langkah awal, seperti adanya deklarasi/komitmen dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengakhiri kekerasan, Tentunya kami merasakan adanya niat baik itu.” tutupnya.
Seminar nasional ini merupakan salah satu upaya.Polri untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam menangani konflik sosial, Melalui seminar ini, diharapkan Polri dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam menyelesaikan konflik sosial secara berkeadilan.
Sementara untuk peserta dari seminar ini dihadiri oleh Muspika, anggota ini, anggota kepolisian, DPRD dan Pemkab instansi/lembaga terkait, Kepala Desa, Civitas Akamedia, Jurnalis, bahkan bisa disaksikan oleh masyarakat umum melalui zoom meeting.
Tak hanya itu saja, para peserta juga diperkenankan untuk berdiskusi bersama narasumber.
(Tan/Wie)