SURABAYA, memo-pagi.com – 04 Desember 2024, Dr. Frengki Mohamad Felayati, S.T.
Teknik Sistem Perkapalan FTIK
Teknologi autonomous untuk kapal maupun infrastruktur pendukungnya berkembang pesat. Tentunya, teknologi ini di Indonesia sudah berkembang dari segi teknologi maupun regulasi. Maritime Autonomous Surface Ship (MASS) merupakan istilah umum yang digunakan oleh dunia untuk pengembangan kapal tak berawak ini. Keselamatan kapal dan efisiensi merupakan isu utama dalam pengembangan teknolgi ini.
Berbagai instansi pendidikan maupun industri mulai melirik teknologi ini sebagai tantangan dan kesempatan di masa depan. Jika teknologi ini digunakan maka berbagai pihak perlu berkolaborasi untuk memastikan tingkat kelayakan dan keselamatannya.
Teknologi Kapal Autonomous:
Teknologi kapal autonomous saat ini tengah berkembang di dunia mulai dari ukuran kecil hingga ukuran kapal niaga. Dunia mulai membuka jalan investasi ke teknologi ini, utamanya di kapal. Teknologi autonomous di kapal cukup unik dan perlu perlakuan khusus karena kondisi laut yang dinamis merupakan tantangan besar jika dibandingkan dengan kendaraan darat. Adanya fluktuasi gelombang laut saja sudah menambah banyak variabel yang dapat menentukan arah pengembangan teknologi ini.
Level kapal autonomous ditentukan dengan keberadaan manusia di atas kapal. Semakin tidak ada campur tangan manusia ketika kapal beroperasi mengindikasikan kapal tersebut memiliki teknologi autonomous pada level yang tinggi. Level terendah dari teknologi ini yaitu kapal yang beroperasi dengan crew namun semua permesinannya diotomasikan. Di atasnya, kapal dapat beroperasi dengan remote. Dengan begitu kapal dapat dioperasikan dari darat, namun masih ada crew yang berjaga di atas kapal dengan jumlah tertentu. Selain itu, teknologi ini akan naik level jika kapal dapat beroperasi dengan remote namun tanpa crew di atas kapal, dan tentu level tertinggi yaitu kapal dapat beroperasi dengan sendirinya tanpa perintah dari siapapun baik di darat maupun di atas kapal.
Kapal Autonomous di Masyarakat
Kapal autonomous, kapal pintar, kapal listrik, sekarang masyarakat Indonesia sudah sangat familiar dengan teknologi tersebut. Masyarakat difamiliarkan dengan teknologi autonomous yang ada di jalanan. Sebut saja Tesla, perusahaan mobil tanpa awak ini dikenal khalayak. Perusahaan tersebut telah mengenalkan bagaimana canggihnya teknologi autonomous pada kendaraan. Dari sana muncullah kompetitor mobil listrik dengan berbagai fitur dan kecanggihannya.
Sayangnya, kecanggihan kendaraan autonomous di Indonesia belum begitu populer. Selain harganya yang mahal, masyarakat juga baru mengenal mobil listrik sebagai inti utama dari sistem autonomous. Sedangkan di kapal, teknologi ini masuk in silence, masuk begitu pesat namun di kalangan terbatas yaitu penggiat teknologi kapal dan industri pendukungnya.
Berbagai negara di dunia tengah mempersiapkan diri untuk mengambil peran dalam aplikasi kapal autonomous. Sebut saja Jepang, India, Uni Emirates, Perancis, Amerika, Norwegia, dan lain sebagainya.
Mereka berlomba untuk memberikan masukan kepada International Maritime Organization (IMO) sehingga terbentuk aturan yang jelas. IMO perlu juga memastikan bahwa aplikasi dari kapal autonomous dapat beroperasi dengan standar keselamatan yang jelas untuk menjamin keselamatan kapal. Posisi Indonesia saat ini jelas yaitu juga turut aktif berperan dan berkontribusi untuk implementasinya. Tentunya pekerjaan untuk memastikan implementasinya di Indonesia cukup menantang.
Tantangannya jelas dan dialami oleh semua pihak di dunia, diantaranya yaitu kekuatan riset, pendanaan, dukungan industri, dan dukungan pembuat kebijakan. Seluruh stakeholder tersebut perlu duduk bersama untuk memastikan bahwa teknologi ini akan bermanfaat, mudah digunakan, dan terjamin keselamatannya. Apalagi dengan adanya ketentuan standar minimal Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) yang tengah ramai diterapkan, ini tantangan besar untuk menjamin teknologi ini dapat diproduksi di dalam negeri. (Wie)