SMP Negeri 1 Balung Raih Penghargaan Adiwiyata Nasional, Bukti Nyata Komitmen Sekolah Peduli Lingkungan

JEMBER, memo-pagi.com — Prestasi membanggakan kembali ditorehkan dunia pendidikan Kabupaten Jember. SMP Negeri 1 Balung berhasil meraih Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional, sebuah pengakuan bergengsi dari pemerintah atas komitmen dan konsistensi sekolah dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.

Capaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi keluarga besar SMP Negeri 1 Balung, tetapi juga menjadi kebanggaan masyarakat Jember secara luas.

Penghargaan Adiwiyata Nasional menjadi bukti bahwa kolaborasi, komunikasi, dan tekad bersama mampu melahirkan perubahan nyata dalam membangun karakter peduli lingkungan sejak dini. Sabtu (13/12/2025).

Kepala SMP Negeri 1 Balung, Moh. Rokhim, S.Pd., M.Pd, menyampaikan rasa syukur sekaligus apresiasi kepada seluruh elemen sekolah yang telah berkontribusi dalam keberhasilan tersebut.

Menurutnya, penghargaan ini merupakan hasil kerja bersama antara kepala sekolah, guru, peserta didik, tenaga kependidikan, hingga dukungan masyarakat sekitar.

“Penghargaan Adiwiyata Nasional ini sangat membanggakan. Ini adalah hasil dari kebersamaan dan komunikasi yang baik, serta tekad yang kuat dari semua pihak untuk menerapkan perilaku hidup bersih, sehat, dan cinta lingkungan di sekolah,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Moh. Rokhim menjelaskan bahwa sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen DLH) Nomor 5 Tahun 2025, penghargaan Adiwiyata tidak menitikberatkan pada aspek pembangunan fisik yang membutuhkan biaya besar.

Sebaliknya, Adiwiyata menekankan pada lima aksi utama yang bersifat non-biaya, namun berdampak besar terhadap perubahan perilaku dan karakter warga sekolah.

Kelima aksi tersebut meliputi:
Pengelolaan sampah, yakni membangun kebiasaan memilah sampah sejak dari sumbernya.

Sekolah mengajak siswa dan guru untuk tidak membawa sampah sekali pakai ke sekolah serta menanamkan prinsip bahwa setiap individu bertanggung jawab atas sampahnya sendiri.

Pengelolaan saluran air, agar aliran air tetap lancar, bersih, dan tidak menimbulkan genangan maupun pencemaran.

Konservasi air, termasuk upaya menampung air hujan untuk dimanfaatkan kembali, misalnya untuk menyiram tanaman.

Konservasi energi, dengan membiasakan penggunaan cahaya alami di siang hari, mematikan lampu, kipas angin, dan peralatan listrik saat tidak digunakan.

Pelestarian lingkungan hidup, melalui penanaman tanaman, perawatan ruang hijau, serta pembiasaan perilaku ramah lingkungan dalam aktivitas sehari-hari.

“Semua itu sebenarnya bisa dilakukan tanpa biaya besar. Bahkan, kami menerapkan program satu siswa satu tanaman. Anak-anak membawa pot sederhana dari rumah, diisi tanaman, lalu dirawat bersama-sama. Ini sekaligus melatih tanggung jawab dan kepedulian,” jelasnya.

Namun demikian, ia mengakui bahwa tantangan terbesar dalam program Adiwiyata bukan pada pelaksanaan kegiatan, melainkan pada pendokumentasian administrasi.

Banyak sekolah yang sejatinya telah menjalankan prinsip-prinsip Adiwiyata, namun belum terbiasa mendokumentasikan kegiatan secara sistematis.

“Padahal penilaian Adiwiyata itu salah satunya dari dokumentasi. Apa yang sudah kita lakukan selama satu tahun harus tercatat dan terdokumentasi dengan baik agar bisa dinilai dan dilaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup,” tambahnya.

Menurut Moh. Rokhim, Adiwiyata sejatinya bukan sekadar lomba atau ajang meraih penghargaan.

Lebih dari itu, Adiwiyata merupakan sarana membangun manusia seutuhnya—tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter, berakhlak, dan peduli terhadap lingkungan.

“Kebersihan itu bagian dari iman. Menjaga lingkungan, mengelola sampah, menghemat air dan energi, semua itu bernilai ibadah. Bahkan tanpa Adiwiyata pun, perilaku ini sudah seharusnya kita lakukan,” tuturnya.

Ia juga mengajak seluruh sekolah di Kabupaten Jember, baik jenjang SD maupun SMP, untuk tidak ragu memulai gerakan peduli lingkungan dari hal-hal sederhana.

Menurutnya, penghargaan Adiwiyata hanyalah bonus, sedangkan tujuan utamanya adalah perubahan karakter dan budaya hidup bersih serta cinta lingkungan.

“Saya mengajak seluruh kepala sekolah dan guru di Jember, mari kita awali dari kepedulian. Ciptakan lingkungan sekolah yang bersih, nyaman, dan asri.

Jika sekolah sudah menjadi tempat yang menyenangkan, anak-anak akan belajar dengan bahagia. Soal penilaian Adiwiyata, itu akan mengikuti,” pungkasnya.

Keberhasilan SMP Negeri 1 Balung meraih Adiwiyata Nasional diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi sekolah-sekolah lain untuk terus berinovasi, berkolaborasi, dan berkomitmen menjaga lingkungan demi masa depan generasi yang lebih baik.

Pewarta : didik